Kamis, 14 Januari 2010

Legenda Gunung Pinang

Cerita Rakyat Banten

ONCE upon a time di Banten, hiduplah seorang nelayan miskin. Namanya Dampu Awang. Dia tinggal dengan ibunya. Dampu selalu bekerja keras. Ia ingin menjadi orang kaya. Namun, ia hanya memiliki perahu kecil. Dan ia juga tidak memiliki jaring besar seperti teman-temannya. Itu sebabnya ia tidak dapat menangkap banyak ikan dan tidak punya banyak uang.
Dampu mendengar bahwa ada seorang pedagang kaya datang ke desanya. Pedagang memiliki kapal besar. Dia selalu berlayar di laut. Dia dahan dan menjual barang-barang di tempat-tempat yang dikunjunginya. Dampu ingin bekerja untuknya. Dia tidak ingin menjadi seorang pedagang.
Dampu Awang telah memutuskan. Dia sudah bosan menjadi orang miskin. Dia benar-benar ingin menjadi kaya. Ibunya tidak bisa berbuat apa-apa. Dia akhirnya membiarkan dia pergi.
Dampu bertemu dengan pedagang. Dia mengatakan kepadanya bahwa ia ingin bekerja untuknya.
"Oke, Saya akan memberitahu Anda bergabung dengan saya. Tapi Anda harus bekerja keras. Jika anda ingin menjadi saudagar kaya seperti saya, Anda harus memperhatikan apa yang saya lakukan," kata si pedagang.
Dampu Awang itu sangat bahagia. Dia sudah membayangkan bahwa dia akan menjadi orang kaya.
Karena ia bergabung dengan kapal pedagang. Dampu selalu bekerja keras. Perlahan-lahan si pedagang percaya kepadanya. Dia bertanya Dampu untuk membeli dan menjual pedagang hal. Dampu melakukan tugas dengan sangat baik. Dia mulai untuk membuat banyak uang.
Pedagang bahagia. Dia tahu bahwa Dampu bisa menjadi pedagang besar. Dia sudah tua dan ingin Dampu untuk menikahi putrinya. Dampu setuju. Dengan menikahi putri si pedagang, dia bisa menjadi orang kaya. Dia akan memiliki kapal besar dan berlayar ke banyak tempat.
Sementara itu, ibu Dampu mendengar bahwa anaknya telah menjadi orang kaya. Dia juga mendengar bahwa dia sudah menikah dan mempunyai kapal besar. Setiap hari ia berdoa kepada Allah. Ia berharap Dampu akan segera pulang.
Tuhan menjawab doanya. Dampu dan istrinya tiba di desa. Banyak orang menyambut Dampu. Mereka semua memuji dia.
Dampu ibu berusaha untuk memenuhi Dampu.
Dia menyebutkan nama Dampu keras. Akhirnya dia mendekat ke Dampu.
"Dampu ... Dampu ... Ini aku, ibumu."
Sayangnya dia mengabaikannya. Dampu merasa sangat malu ibunya. Dia sudah tua dan kain usang. Dia juga kotor.
"Pengawal! Tanya wanita tua itu pergi. Dia bukan ibuku. Ibuku seorang wanita kaya dan dia sudah meninggal," kata Dampu kepada penjaga.
Para penjaga Dampu mendorong ibu pergi. Dia begitu sedih. Ia berdoa kepada Allah.
"Kalau dia bukan anakku, biarkan dia berlayar dengan aman. Tapi jika dia adalah anakku, menghukum dia."
Tuhan kembali menjawab doa. Ketika Dampu berlayar di laut, badai besar menyerang kapalnya. Hujan dan guntur menyerang kapal. Dampu menyadari kesalahannya tetapi itu hingga akhir. Kapal itu perlahan tenggelam dan akhirnya tenggelam.
Kapal perlahan-lahan berubah menjadi sebuah gunung. Orang-orang menamakannya Pinang Mountain .***

0 komentar:

Posting Komentar